Ku ke kebun membawa air siraman
Kasihan pada pohon-pohon dahaga
Di musim kemarau tak pasti hujan bila
Demikian petang ini tatkala hari mula kelam
Bimbang seperti biasa tak hujan
Kutetap datang dan menyiram
Peria, keledek, tembikai, kangkung, labu
Yang daun-daun kepanasan layu
Tapi sebelum meneruskan siraman
Titis hujan kasar gugur berderai
Titis rahmat sekian lama didamba
Kubiarkan diri dibasah mesra
Lantaran sekian lama hujan tiada
Tapi hujan makin kuat, semakin lebat
Bersama angin melenggok dahan pokok
Ku berundur ke bawah pondok
Duduk memerhati turun hujan
Sesuatu yang mengasyikkan
Titik-titisnya di atas atap
Rentak bunyi muzik alam
Dahan nangka, cempedak, rambutan
Riang bergoyang ditiup angin kencang
Aku bergerak sedikit ke dalam
Oleh tempias mesra membasahkan
Sambil keliling memerhati anak-anak pohon
Limau, sukun, betik, ruzil, mempelam
Manggis, jambu, kelapa, durian
Dokong, longang, duku, durian Belanda, pisang
Ulam raja, pegaga, tenggek burung, ubi kayu, serai kayu
Terencat kepanasan – kini basah segar riang.
Hujan lebat di waktu petang
Meskipun sekadar lebih satu jam
Cukup membasah permukaan bumi
Menghilang dahaga pohon-pohon
Memerdukan kicau burung-burung
Menghilang debu permukaan
Memenuhi bekas-bekas tadahan
Menghilang resah kepanasan
Membawa sejuk nyaman
Yang rindu ditunggu berbulan.
Tatkala hujan mulai reda
Dan masa masih bersisa
Tak perlu melerah rumput
Oleh basah tanah kuyup
Lantas aku mengambil kesempatan
Meninjau dekat anak-anak pohon ditanam
Sesungguhnya air hujan lebih segar
Lebih nyaman dari manual siraman
Menggetar dan melebarkan daun-daun layu
Tengadah syukur nikmat itu.
Hujan
Sumber kehidupan
Sekian lama ditunggu
Doa pohon-pohon kekeringan
Petang ini Allah kabulkan
Lebat turunnya hujan.
Shafie Abu Bakar,
Sungai Ramal Dalam,
30 Rabiul Akhir 1435
02 Mac 2014.
No comments:
Post a Comment